MUHAMMADIYAH DAN MENGGEMPUR NAFSU DUNIAWI: Refleksi Spirit Qurban ala KHA Dahlan

  • Whatsapp

 

Keteladanan Nabi Saw dan Sahabat:

Mencerap spirit sirah nabawiyah, apa yang dijalankan Rasul saw berhijrah ke Yatsrib membuktikan bahwa semangat berkorban–meninggalkan harta benda dan keduniaan di kota Mekah demi meraih keridhaan Allah–diteladankan beliau dan para sahabat. Tidak sedikit harta benda dan kekayaan yang ditinggal para sahabat di Mekah.

Sebagai contoh sahabat Abdurrahman bin Auf, yang kaya raya rela meninggalkan harta benda seluruhnya di Mekah. Saat memasuki kota Yatsrib (Madinah), Abdurrahman bin Auf tidak memiliki harta benda dan mendapatkan tumpangan tinggal dari kaum Anshar. Kemudian minta ditunjukan dimana pasar. Kemudian dari etos kerja wirausaha dengan semangat kemandiriannya, kemudian sahabat rasul ini kembali bertahap naik kehidupannya.

Bahkan kemudian kembali menjadi orang kaya dari kalangan sahabat. Begitu pun para sahabat rasul, seperti Usman bin Affan, Abu Bakar, Umar bin Khattab serta yang lainnya.

Keteguhan pengorbanan nabi saw dan juga isteri beliau, Sayyidah Khadijah al-Kubra, dicatat sejarah. bagaimana mereka yang semula berharta benda melimpah ditumpahkan untuk perjuangan dakwah Islam. Bahkan saat diboikot kalangan kaum Quraisy–beberapa tahun jelang Hijrah tampak amat menyedihkan.

Di saat tersebut penderitaan yang dialaminya itu dirasakan sayyidah Khadijah dan puteri-puterinya. Pengorbanan luarbiasa beliau amat berkesan dikenang Nabi saw. tiada tergantikan oleh isteri-isterinya yang lain, sesudahnya. Sehingga kadang memantik kecemburuan Sayyidah Aisyah yang pencemburu meski hanya mendengar Nabi saw menyebut-nyebut Sayyidah Khadijah.

Spirit rela berkorban ini lahir setelah melampaui kecintaan (nafsu) atas kebendaan (materi) atau duniawi. Pantas sejak awal membawa risalah, Nabi saw bergeming dari bujuk rayu kalangan Quraisy yang menawarkan harta benda dunia, menawarkan perempuan cantik, dan kedudukan. Karena apa yang dijalankan rasul saw bukan mencari materi–tetapi berharap menggapai keridhaan Ilahi.

Keteladanan berkorban nabi saw ini pun diikuti para sahabat lainnya dalam mempertahankan keyakinan (iman). Sehingga dari keteguhan iman itu berbuah keindahan ibadah dan keelokan perangai akhlak mulianya.

Teladan Keluarga Ibrahim as.

Apa yang dilakukan Nabi saw dan para sahabatnya, merupakan estafeta kesalehan amal yang diteladankan Nabi Ibrahim as. Keluarga Ibrahim as sendiri merupakan datuk dari Nabi Muhammad saw. Dari istri keduanya, Sayyidah Hajar, melahirkan Nabi Ismail as. Dari sinilah kemudian melahirkan bangsa Arab-Quraisy yang menurunkan Nabi Muhamamd saw.

Spirit pengorbanan Sayyidah Hajar, saat Ismail masa bayi merah (ditinggalkan ayahnya Ibrahim as) sungguh luar biasa. Sampai berkali-kali Sayyidah Hajar bertanya apakah ini keinginan pribadi suaminya? ataukah perintah Allah? Saat dijawab itu perintah Allah untuk menempatkan anak isterinya di lembah kering tiada air sedikit pun, Sayyidah Hajar pun menjadi tenang. Karena keimanannya yang kokoh yakin Allah akan menjadi penolong mereka.

Meskipun demikian, Sayyidah Hajar tidak diam tanpa usaha. Tetapi bergerak ikhtiar bolak-balik 7 balikan antara Shofa dan Marwah demi memperoleh air untuk minum bayinya Ismail. Dari sinilah muncul ritual Sa’i (lari kecil) dalam ritus haji. Meski bolak-balik 7 balikan ternyata, air justru keluar di tempat beradanya jejak bayinya Ismail. Itulah air yang keluar yang terus berkumpul keluar banyak, dikenal dengan sebutan sumur zam-zam. Sumber air minum yang menjadi jamuan bagi jamaah Haji di masa selanjutnya.

Setelah Ismail memasuki usia remaja, Ibrahim as menengok anaknya dan isterinya. Dan saat itulah kecintaan Ibrahim as terhadap isteri dan anaknya amat luar biasa. Bagaimana tidak? Ismail adalah putera kesayangannya, yang dirindukan kelahirannya karena dari isteri pertamanya, Sayyidah Sarah belum memiliki keturunan. Justru kebahagiaannya adalah lahirnya putera nya itu dari Sayyidah Hajar.

Namun kecemburuan Sayyidah Sarah kepada isteri dan anaknya itu, membuat keduanya diasingkan ke lembah tanduh Bakkah (Mekah).

Dan hanya Allah yang memerintahkan dan melindunginya. Orangtua mana yang tidak sedih dan rindu pada anaknya kesayangannya, yang sejak bayi merah justru harus berpisah. begitupun terhadap isterinya yang salehah dan amat sabar menerima ketentuan itu. Keinduan yang menggebu itu sungguh amat manusiawi sekali. Begitulah Nabi Ibrahim as saat menjenguk anak dan isterinya tersebut. Tetapi rasa kecintaan yang amat dalam itu kepada anaknya, tidak boleh sampai mengalahkan rasa cintanya kepada Allah sang pencipta dan pengatur segalanya.

Di sinilah kecintaan pada selain Allah dalam diri Ibrahim as diuji. Jangan sampai menjadikan menduakan cinta dengan makhluk-Nya–saat itu ujiannya dalam wujud putera tercintanya.

Saat itulah Ibrahim as diuji supaya menyembelih putera tercintanya. Sungguh ujian yang luar biasa, Anak tumpuan harapannya tercinta harus dikorbankan.

Duh orang tua mana yang tega. Saat itulah Iblis menggoda ibrahim as supaya mengurungkan niat impiannya. Namun Ibrahim as berhasil menaklukan keraguan yang dihembuskan iblis.
lalu Iblis pun menghampiri Sayyidah Hajar, supaya menghalangi niat Ibrahim as yang akan menjalankan perintah Allah lewat mimpinya. Namun Sayyidah Hajar pun kokoh imannya dan yakin akan suaminya yang teguh pada perintah Allah.

Sampai saatnya Ibrahim as membawa Ismail yang dengan sabar menerima, dan saat untuk menyembelihnya pun tiba, daan….disaat akan hampir ke leher puteranya. Malaikat yang diutus Allah menggantikan Ismail dengan seekor kambing. Ismail pun tetap hidup selamat.
Dari situlah kemudian ritual ibadah Qurban dijalankan.

Keluarga Ibrahim as pun kemudian bersyukur atas karunia Allah. Ibrahim as dan puteranya ismail membangun ka’bah. Dari sinilah artefaknya dikenang dalam ritus haji sebagai Maqam Ibrahim dan Hijr Ismail.

Begitulah ritus Haji dan Qorban estafeta kepada anak cucu Ibrahim as, yang dikenal sebagai agama hanif yang menyembah Allah.

KHA Dahlan dan Spirit Qorban

1330 tahun setelah Rasulullah berhijrah dari Mekah ke Yatsrib, salahsatu zuriyaturrasul-nya bernama Muhammad Darwis bin KH Fadhil keturunan yang bersambung nasab kepada waliyullah Sunan Maulana Malik Ibrahim resmi mendirikan Gerakan Persyarikatan Muhammadiyah pada 8 Zulhijjah.

Nama organisasi ‘Muhammadiyah’ sendiri diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, dengan maksud agar dapat menyontoh dan meneladani jejak perjuangannya. Perjuangan Nabi Muhammad saw yang menjalankan millah Ibrahim–tradisi ibadah Haji dan Qurban–diabadikannya.

Bukan sekedar ritual Haji dan Qurban. Spirit mengobrankan kecintaan terhadap dunia (harta benda) dijalanka Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya (sahabatnya).

Begitu pun keturunan dan pengikut ajarannya, Muhammad Darwis (KHA Dahlan) menjalankan ritual ibadah Haji dan Qurban. Lebih dari itu meneladani spirit berkorban–membersihkan jiwanya dari berhala nafsu mencintai harta benda (duniawi).

Itulah formula ajaran yang dijalankan KHA Dahlan dengan membersihkan dirinya dari hawa nafsu mencintai duniawi. Mengosongkan qalbunya dari hawa nafsu kebendaan (makhluk), yang ada hanyalah kecintaan kepada Allah. Setelah itu diisi qalbunya dengan kalimah-kalimah thayyibah:

Laa ilaha ilallah, Subhanallah, hamadallah dan takbir..Bukan dilafalkan di bibir semata. Namun KHA Dahlan wujudkan dan sikap dan perbuatan.

Dengan formula ayat-ayat Al-Qur’an, KHA Dahlan merumuskan dan menjalankannya dikenal dengan spirit atas 17 Kelompok Ayat-Ayat Sosial. Itulah tema-tema ayat Al-Qur’an dalam menggempur hawa nafsu teerhadap harta benda duniawi. Sehingga menjadikan hartabenda dan dunia itu dalam genggaman tangannya.

Beliau tidak menempatkan harta benda duniawi di hatinya. Karena itulah kekuatan berderma, berkorban untuk kesalehan sosial mampu dijalankannya dengan sempurna. Amal usaha yang digerakannya melalui gerakan Muhamamdiyah–Gerakan mencintai Nabi Muhammad saw–lewat amal saleh sosial dibuktikannya.

Pantaslah spirit berkorban di musim Haji, tepatnya 8 Zulhijjah 1330 H telah menginspirasi pendirian Muhammadiyah.

Lalu setiap gerakan amal KHA Dahlan dan Muhammadiyah ditujukan untuk semata pengabdian terhadap Allah,menjemput ridha Allah dengan senantiasa berkobran dengan harta benda (infaq dan sedekah).

Muhammadiyah menjadi gerakan tangan di atas. Memberi dan memberi sebagai simbol kasihsayang dan rahmat bagi sesama.

Dari spirit jiwa berkorban–bersih dari nafsu kecintaan pada duniawi (hubbuddunia)–itulah yang menjadikan amal usaha Muhammadiyah bergerak luas dan terus berkembang ke berbagai penjuru tanah air sepanjang lebih dari satu abad. Bermula dari spirit dan gerakan KHA Dahlandiikuti keteladanan tersebut oleh murid-murid dan pengikutnya.

Pantaslah bila amal usaha Muhammadiyah berkembang terus meluas sepanjang ruang dan waktu, melampaui satu abad ini.

 

Pos terkait